Tulisan dalam blog ini sekedar catatan dan kumpulan pengalaman...

Selasa, 28 Februari 2012

MALUKU DAN KEKERASAN ANTONI NURDIN

Maluku memiliki sejarah panjang di negara ini. Kita tau bersama sejak jaman penjajahan Belanda, orang-orang Maluku diperalat oleh penjajah untuk melakukan kekerasan fisik maupun mental terhadap suku lainnya di Indonesia. Faktanya adalah tentara KNIL buatan penjajah didominasi oleh orang-orang Maluku. Bahkan kecintaan mereka terhadap penjajah dapat dibuktikan, ketika bangsa ini merdeka, banyak orang-orang Maluku yang lebih memilih belanda sebagai negara mereka ketimbang Indonesia.

Dalam konteks kekinian, sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa opini publik menganggap orang Maluku identik dengan kekerasan dan premanisme. Hal tersebut sudah berlangsung lama, sejak jaman orde baru, tetapi aksi-aksi premanisme dan kekerasan masih saja berlangsung sampai dengan saat ini. Walaupun tidak semua orang Maluku berpikir dan bertindak kekerasan, ketika diperhadapkan dengan berbagai persoalan, masih sangat banyak orang Maluku yang baik, namun sayang opini publik telah digiring, bahwa orang maluku identik dengan kekerasan, kelakuan segelintir orang, dosanya ditanggung seantero orang Maluku.

Yang namanya premanisme dan kekerasan tidak dibenarkan tumbuh dan berkembang di Indonesia, namun akibat pemerintah melakukan pembiaran terhadap semua ini, maka aksi kekerasan dan premansime sulit diberantas, sementara keresahan masyarakat terus saja berlangsung setiap saat akibat ulah preman.

Kita masih ingat nama nama seperti Dedi Hamdun, Basri sangaji (keduanya Al-Marhum) Jhon Refra Key, Umar Key, Ongen Sangaji dan lain sebagainya. Nama-nama tersebut cukup dikenal publik sebagai tokoh-tokoh asal Maluku yang memimpin organisasi yang sering melakukan keresan bahkan pembunuhan. Saya kira untuk mencari sesuap nasi masih banyak cara-cara halal yang harus ditempuh, bukan dengan cara yang tidak manusiawi bahkan bertentangan dengan hukum positif maupun hukum agama.

Apa yang dialami oleh Jhon Refra Key serta pembunuhan di rumah sakit Angkatan Darat Gatot Subroto semoga ini menjadi kasus terakhir yang melibatkan orang-orang Maluku. Saya yakin tidak ada yang tidak bisa dilakukan sepanjang niat seseorang itu baik, karena itu tinggalkan cara-cara kekerasan dan premanisme dalam membangun hidup, saya sebagai orang Maluku   merasa malu dihadapan sahabat-sahabat saya yang kebetulan bukan orang Maluku.

Negara harus bertanggung jawab terhadap maraknya aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh para preman. Tanggung jawab negara tidak sekedar mencegah terjadinya kekerasan, tetapi yang paling penting adalah bagaimana negara menyiapkan lapangan pekerjaan yang layak terhadap orang-orang daerah yang merantau di Jakarta. Selain itu aspek lemahnya SDM yang dimiliki juga menjadi faktor penting untuk disikapi secara bijak oleh negara, karena hampir rata-rata orang yang mengandalkan otot bukan otak, ketika diperhadapkan pada sebuah persoalan akibat lemahnya kualitas keilmuan mereka, bahkan mungkin saja mereka tidak pernah belajar secara formal di lembaga-lemabag pendidikan.

Ekonomi menjadi faktor orang itu bertindak nekat, bahkan dalam hadis Nabi saja dikatakan bahwa Kemiskinan mendekatkan seseorang pada kekufuran. Olehnya itu, negara untuk mencegah semakin berkembangnya aksi-aksi kekerasan yang muncul ditengah-tengah masyarakat, solusinya adalah menyiapkan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka, bukan sebaliknya mereka dihabisi dengan cara-cara kasar, sementara disisi lain mereka tetap dibiarkan terlunta-lunta tanpa memiliki penghasilan. Saya kira belum terlambat untuk memperbaiki semua ini, jangan saling menyalahkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar