Tulisan dalam blog ini sekedar catatan dan kumpulan pengalaman...

Senin, 09 April 2012

MODAL NEKAD MERAIH CITA-CITA ANTONI NURDIN

Sebagai anak desa dan yatim piatu saya selalu bermimpi menuntut ilmu setinggi mungkin. Karena hanya dengan ilmu pengetahuan perubahan dalam hidup seseorang akan tercapai. Ketika kecil, ayah saya pernah menasehati, agar janganlah pernah merasa malu menjadi orang miskin, tetapi malulah ketika kamu tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bahkan ketika tahun 2003 silam dalam pangkuan saya ketika menjelang maut menjemput ayah, pesan tersebut masih saja disampaikan, yakni belajarlah. Ibu menjelang mautnya tahun 2008,  dalam keadaan sekarat menyuruh saya pergi meninggalkannya dengan ikhlas guna melanjutkan pendidikan starta dua (S2), tepat seminggu di jakarta menjelang magrib bertepatan besoknya saya mesti ujian semestar, saya mendengar kabar kalau ibu baru saja menghembuskan nafas terakhir. 
 
Saya sebagai anak dan sangat manusiawi harus meneteskan air mata dalam bus 76 jurusan senen ciputat, karena tidak bersama ibu ketika maut menjemputnya, mudah-mudahan saya bukan termasuk anak yang durhaka. saya bertekad semua impian mereka akan saya perjuangkan yakni menuntut ilmu setinggi mungkin.

 
Kini diakhir 2011 saya kembali mencoba merambah hidup di Ibu kota guna melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Satyagama, namun terlalu banyak cobaan yang harus saya hadapi dalam perjalanan penyelesaian studi tersebut. Saya tidak diberi ijin oleh departemen dimana saya bekerja selama ini, yakni Kementrian Agama Provinsi Maluku Utara. Bahkan saat ini saya terancam dipecat, hanya karena nekad menuntut ilmu pengetahuan. Kalaupun saya harus kehilangan pekerjaan karena menuntut ilmu, maka saya akan ikhlas, sebab saya tidak pernah tau rencana tuhan kedepan terhadap nasip saya.
 
Saya bermohon untuk mendapatkan ijin melanjutkan S3 sampai merengek, namun respon teman-teman yang saat ini berkuasa tidaklah bersahabat. Saya jadi heran, mestinya jika ada orang yang berniat melanjutkan S3 hendaknya tidak dipersulit, apa lagi untuk Kementrian Agama Provinsi Maluku Utara hingga saat ini baru satu orang yang tercatat sebagai Doktor pendidikan. Saya tidak meminta bantuan beasiswa dari tempat saya bekerja, namun saya hanya meminta ijin belajar, namun bukannya ijin yang diberikan, tetapi surat teguran yang bernada ancaman. Saya hanya pasrah, kalau saya harus dikeluarkan hanya karena menuntut ilmu pengetahuan.
 
Dalam diskusi diwarung kopi bersama mantan Kanwil Kementrian Agama Sulawesi Tenggara, beliau mengatakan semasa beliau menjabat, beliau menyuruh setiap pegawai untuk melanjutkan studi, karena beliau konsern dengan peningkatan sumber daya manusia. Jika semua pejabat memiliki cara pandang yang sama, apa lagi di daerah seperti Maluku Utara yang hingga saat ini masi sangat terbatas SDM, sebaiknya pemerintah memberi apresiasi positif bagi setiap orang yang mau melanjutkan pendidikan walaupun hanya bermodalkan nekad seperti saya.
 
Saya bercita-cita melanjutkan S3 dan insya Allah pengetahuan yang saya peroleh akan saya abdikan untuk kepentingan departemen dimana saya bekerja, dan teristimewa untuk masyarakat Maluku Utara secara Universal, namun sayang mungkin teman-teman saya dan masyarakat Maluku Utara tidak menginginkan kedepan setelah saya menyelesaikan studi, ilmu yang saya peroleh diabdikan untuk mereka.

Meskipun pada akhirnya saya harus dikeluarkan dari tempat saya bekerja, saya sudah terlanjur melangkah, dan saya juga mematuhi nasehat orang tua menjelang maut, saya tetap nekad untuk menyelesaikan S3 saya. Dan saya tidak akan dendam terhadap teman-teman saya di Kementrian Agama Provinsi Maluku Utara, bahkan saya ucapkan terima kasih, karena mungkin saja Allah lagi menguji saya lewat tangan-tangan mereka dalam menghalangi cita-cita saya menjadi seorang Doktor dalam ilmu Manajemen Pemerintahan di Universitas Satyagama Jakarta.