Tulisan dalam blog ini sekedar catatan dan kumpulan pengalaman...

Jumat, 11 Mei 2012

INDONESIA DIAMBANG KEHANCURAN ANTONI NURDIN

Saat ini indonesia tengah memasuki fase nusantara ketiga, dimana nusantara pertama ketika kerajaan 
Sriwijaya di Palembang yang bertahan selama 300 tahun, dan nusantara ke dua. kerajaan Majapahit di Mojokuto jawa timur  yang bertahan selama dua ratus tahun. Fase nusantara ketiga yang dimulai sejak tahun 1945 masih banyak ujian sejarah yang harus dilewati sehingga bangsa ini mampu bertahan lebih lama lagi, tidak seperti fase pertama dan kedua.
 
Apa lagi bangsa Indonesia yang saat ini memiliki wilayah yang cukup luas dengan sejumlah persoalan yang muncul di daerah-daerah akibat salah kelola negara yang dilakukan oleh Jakarta. Sehingga wacana disintegrasi yang mencuat, harus disikapi serius oleh elite, dengan lebih memperhatikan aspirasi masyarakat yang ada di daerah yang selama ini kekayaan alamnya dikeruk, namun masyarakatnya dibiarkan miskin dan telanjang.
 
Pasca refolusi bolsevek di Unisofyet dan komunis bertahan 70 tahun, akhirnya Unisofyet harus bubar dan negara besar tersebut mengalami disitntegrasi dan memunculkan sejumlah negara-negara kecil. 

Tentunya kita tidak menginginkan nasib bangsa Indonesia bernasib seperti Unisofyet. Potensi bubarnya Indonesia ada dihadapan mata, tinggal keseriusan elite, apakah masih bertahan dengan cara-cara pengelolaan negara yang seperti ini, ataukah mau melakukan perubahan. Memang perubahan butuh waktu dan ada yang harus dikorbankan, namun jika tidak ada perubahan, bukan tidak mungkin pekikan proklamasi akan muncul banyak didaerah-daerah.
 
Reformasi yang baru berumur 13 tahun cenderung gagal, akibat elite tidak mampu berbuat sesuai dengan cita-cita reformasi yang diperjuangkan mahasiswa angkat 1998 silam. Mulai dari korupsi yang semakin sistematis, penegakan hukum yang tebang pilih, reformasi birokrasi yang berjalan ditempat, serta angka kemiskinan yang terus turun, turun dari orang tuanya kenaknya dan seterusnya.
 
Reformasi di Tailan berjalan kurang lebih 2 tahun, gagal dan aktifisnya disembelih, di Cili satu tahun stengah, aktifisnya ditangkap semua. Reformasi yang sukses yakni di Argentina, itu dibutikan ketika militer mendata semua kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang pernah dilakukan, mulai dari pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Mereka mendata kemudian mengumumkan sekaligus meminta maaf kepublik dan berjanji untuk tidak kembali mengulangi apa yang pernah dilakukan oleh militer.
 
Di Indonesia saat ini, sejak lahirnya reformasi belum ada pernyataan resmi dari institutsi militer dan berbuat seperti apa yang terjadi di Argentina, sehingga saya pesimis dan reformasi  hanya seumur jagung keberdaannya di negara ini. Oleh karena itu, kelompok sivil society harus terus berjuang menuntut semua agenda-agenda reformasi diselesaikan oleh elite.
 
Membaca Indonesia saat ini, tentunya perubahan itu selain butuh waktu, juga butuh orang gila. Sejarah pembentukan negara Madinah yang dilakkan Oleh Muhamad “Nabi” pada saat itu, tidak semata mata didekati dari aspek teologis, namun harus dilihat pada aspek perubahan sosial yang didambakan oleh orang-orang yang hidup dalam keterbelakangan dan bar barian. Muhamad dalam perjalanan membebaskan bangsa Arab dari kemunduran, secara logika adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena kuatnya tekanan fisik maupun psikologis dari masyarakat dan penguasa yang status quo. Karena itu selain Mumahad disebut sebagai tukang santet dia juga disebut sebagai orang gila.
 
Indonesia saat ini, banyak orang cerdas namun sedikit orang gila. Perubahan tidak butuh banyak orang, namun yang dibutuhkan adalah orang-orang yang memiliki komitment. Mahtama gandi pernah bertutur, dunia akan mampu menampung seluruh manusia, tapi dunia tidak akan mampu menampung seluruh keserakahan manusia. Lanjut Gandi, seseorang itu jauh lebih baik perilakunya dari pada prestasinya.



 

Kamis, 10 Mei 2012

SUKHOI JATUH ADA APA DENGAN BOING ‘ANTONI NURDIN’


Pesawat komersil Sukhoi buatan Rusia yang jatuh di Gunung Salak Bogor setelah terbang  kurang lebih 30 menit dari bandara Halim Perdana Kusuma dengan membawa  delapan cru asal Rusia serta puluhan wartawan asal Indonesia, dalam rangka memperkenalkan pesawat tersebut kepada sejumlah pengusaha penerbangan di Indonesia, harus mengalami nasib tragis. Pesawat canggih Sukhoi memiliki kelebihan tersendiri, selain peralatan yang super canggih, juga pesawat tersebut mampu mendarat  dilandasan pacu yang pendek.
 
Pesawat Sukhoi yang telah melakukan sejumlah uji coba terbang diwilayah Asia dengan sangat sempurna, diharapkan mampu menguasai pasar penerbangan wilayah Asia Tenggara, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara yang dijadwalkan untuk dilakukan uji coba. Sayang Sukhoi yang sudah mendunia ini harus mengalami musibah yang merenggut puluhan nyawa manusia. Dan parahnya lagi, sejumlah perusahan maskapai penerbangan yang sudah terlanjur memesan pesawat buatan Rusia ini, harus berpikir ulang untuk melakukan kerja sama pembelian pesawat  tersebut.
 
Pemerintah Rusia patut diberi apresiasi dengan langkah yang ditempuh oleh seorang perdana Mentri, dengan segera membentuk team investigasi dalam rangka menyelidiki sebab jatuhnya pesawat Sukhoi di Indonesia.  Saya hanya menduga, bahwa selama ini yang menguasai sejumlah maskapai penerbangan di dunia adalah Boing, termasuk pasar Asia Tenggara. Boing sebuah perusahan penerbangan asal Amerika, pasti merasa terusik keberadaanya ketika Sukhoi hadir sebagai pesaing bisnis penerbangan baru.

 
Tentunya kehadiran Sukhoi sangat mengganggu pasar yang selama ini dikuasai Boing, apa lagi Sukhoi telah banyak negara yang memesan pesawat tersebut, termasuk Indonesia. Pesawat baru, dilengkapi peralatan modern, , mampu mendarat di landasan pacu yang relatif pendek, serta mampu terbang rendah, adalah kelebihan yang dimiliki Sukhoi. Sangat berbeda dengan apa yang selama ini ditawarkan oleh Boing. Kelebihan yang dimiliki Sukhoi tersebut, akhirnya banyak industri penerbangan yang mengalihkan minatnya dari Boing ke Sukhoi.
 
Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak Bogor menimbulkan sejumlah pertanyaan dan keganjilan, terutama yang berkaitan dengan persaingan bisnis antara Boing dan Sukhoi. Apa lagi kedua negara pembuat kedua pesawat tersebut selama ini selalu berseteru dan bersaing dalam menciptakan sejumlah teknologi modern.
 
Oleh karenanya, bukan tidak mungkin, ada pihak-pihak lain yang sengaja sabotase terhadap keberadaan Sukhoi yang sementara naik daun dipasar penerbangan internasional. Apa lagi selama ini, sudah menjadi rahasia umum antara Amerika dan Rusia selalu bersaing dalam menciptakan sejumlah industri moderen, mulai dari pesawat hingga peralatan tempur. Bahkan kedua Negara selalu berbeda pendapat dalam pergaulan internasional, sehingga boleh dikatakan antara Amerika dan Rusia adalah musuh bebuyutan dalam berbagai aspek, mulai dari persaingan teknologi hingga politik luar negeri.
 
Langkah membentuk team investigasi yang dilakukan oleh pemerintah Rusia dengan melibatkan “Badan Intelejen Rusia” sangat dinantikan publik internasional, sehingga jatuhnya Sukhoi dapat segera di temukan penyebabnya. Semoga dalam persaingan bisnis antara Sukhoi dan Boiang tidaklah menghalalkan segala cara, karena korbannya adalah manusia. Namun jika jatuhnya Sukhoi ada upaya sabotase, maka sudah dipastikan hubungan baik antara pemerintah Amerika dan Rusia akan buruk. Bahkan bukan tidak mungkin antara keduanya terjadi perang. Tentunya dunia akan terusik, jika hal tersebut terjadi.

Memang perang bukan satu-satunya solusi dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul dalam politik internasional, namun realitas dunia, Amerika adalah bangsa yang tidak pernah berhenti selalu mencampuri urusan rumah tangga bangsa lain. Olehnya itu secara pribadi sebagai penulis sangat berharap pada Rusia jika terbukti ada Amerika dibalik jatuhnya Sukhoi, maka Amerika harus dihukum, termasuk perang jika itu menjadi pilihan terburuk.












Rabu, 02 Mei 2012

DEMI KELUARGA NYAWA MELAYANG "ANTONI NURDIN"


Setelah saya menyaksikan pemberitaan media, dimana tiga orang TKI asal Indonesia kembali menjadi mayat setelah ditembak oleh Polisi Diraja Malesia, bahkan diduga mereka adalah korban perdagangan organ tubuh manusia yang dilakukan pemerintah Malesia secara sitematis. , mereka menjadi martir bagi keluarganya demi sesuap nasi di negeri orang. Bermimpi menjadi orang  sukses seteleh kembali kekampung halaman, namun apa lacur, justru mereka kembali sebagai mayat yang organnya telah dipreteli oleh pemerintah Malesia.

Dinegerinya mereka adalah kaum papah, dinegeri orang mereka dibantai secara biadab. Bahkan pemerintah Indonesia dengan sejumlah kasus yang telah menimpa warganya dinegara lain, tidak pernah serius memperjuangkan nasip warganya yang teraniaya, bahkan terbunuh, sementara tuduhan mereka adalah pelaku kejahatan tidak bisa dibuktikan secara hukum. Elite negara ini  hanya serius berdebat soal politik dan kekuasaan, sementara nasip rakyatnya, tidak diperhatikan.

Logikanya tidak akan ada orang yang rela pergi jauh meninggalkan keluarganya, Istri, Anak, Orang Tua dan handai tolan, jika kehidupan di tempat asalnya sejahtera. Mereka pergi kerantau orang hanyalah untuk merubah nasip ekonomi keluarga. Disiksa secara fisik, dihina, dimaki, bahkan dibunuh mereka tidak pernah peduli, karena tumpuan dan harapan keluarga ada dipundaknya. Karena itu, kematian yang mereka alami dengan organ tubuh yang tidak lengkap sangat menyedihkan tidak saja bagi keluarga, tetapi bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita hanya bisa mengutuk perbuatan sadis tersebut tanpa bisa berbuat apa-apa, kita sebagai bangsa yang berbudaya terlalu santun terhadap warga Asing yang datang bekerja di negara ini. Bahkan hampir tidak ada kasus warga Indonesia yang melakukan kekerasan fisik atau membunuh warga Malesia. Namun kenapa warga kita yang kebetulan bekerja di Negara Malesia selalu saja diperlakukan seperti binatang.

Kini pemerintah Indonesia yang diharapkan mampu berbuat untuk melindungi warganya yang ada di luar negeri, justru hanya bisa pandai berdiplomasi tanpa hasil. TKI dikirim setiap tahun dengan jumlah ribuan orang, negara diuntungkan, namun TKI selalu terpojok, jika dihadapkan pada berbagai persoalan hukum yang menimpa mereka. Inilah nasip menjadi warga miskin dinegara yang kaya sumber daya alamnya seperti Indonesia.s

Bisa dibayangkan pemerintah kita selalu saja membiarkan Malesia membunuh warga kita setiap saat, bahkan kepentingan Malesia di negara kita, pemerintah mengamankannya dengan baik sampai-sampai warga kita juga dibunuh di negaranya sendiri, karena  mencoba mengambil hak mereka yang telah dirampas oleh pihak Malesia. Kasus Mesuji adalah bukti kongkrit dimana aparat keamanan

Indonesia membunuh masyarakat demi membela perusahan kelapa sawit asal  Malesia.
Pada sisi yang lain, ketika Malesia selalu saja menprofokasi pemerintah kita di daerah perbatasan, bahkan mereka terus saja berupaya merampas pulau-pulau terluar kita, pemerintah hanya bisa diam tanpa berbuat kongkrit untuk menghukum Malesia. Separah inikah pemerintah kita. Selemah inikah negara Indonesia dimata Malesia, sehingga setiap saat kita sebagai bangsa yang besar terus di perlakukan tidak wajar.warga kita dianiya dan dibunuh, wilayah kita juga dirampas dengan berbagi dalih.

Kini saatnya masyarakat Indonesia bangkit, dengan tidak terlalu berharap pada pemerintah. Malesia harus dilawan dengan berbagai cara apapun. Nyawa dibalas nyawa. Pulau yang telah dirampas harus dikembalikan walaupun harus melalui perjuangan bersenjata. Martabat bangsa dikembalikan pada posisi tertinggi. Jika tidak maka selamanya pemerintah Malesia akan berlaku sewenang-wenang terhadap masyarakat Indonesia yang berada di Malesia.
Jakarta  Awal Mey 2012









Selasa, 01 Mei 2012

CATATAN UNTUK SENIOR “ ANTONI NURDIN’


Suatu ketika ditahun 1998 sepulang saya mengikuti kegiatan organisasi kemahasiwaan di Jogjakarta saya menyempatkan diri mampir ke Jakarta. Maklum saya adalah orang daerah, jadi berkunjung ke ibu kota Negara ada kebanggan tersendiri setelah kembali ke daerah. Singkat cerita, saya berkunjung ke Kementrian Tenaga Kerja dan bertemu dengan salah seorang senior yang namanya sangat populer di daerah, karena kesusksesannya sebagai seorang birokrat. Beliau saat itu diberi jabatan sebagai kepala bagian kepegaian. Namanya adalah Ade Adam Noch.

Dalam pertemuan tersebut, saya sebagai aktifis mahasiswa berdiskusi banyak hal dengannya, bahkan kami sempat berdebat, karena saya sebagai orang muda masih sangat konsisten dengan cita-cita perjuangan saya sebagai aktifis, sementara beliau juga memiliki niat yang baik terhadap saya agar lebih jeli menilai setiap persoalan, tidak emosional, dan lebih mengedepankan aspek intelektualitas.

Setelah bertemu dengan beliau, saya tidak pernah bertemu dengannya lagi selama bertahun-tahun, bahkan sewaktu beliau menjabat Kanwil Depnaker di Maluku, saya hanya mendengar dari kawan-kawan mantan aktifis, bahkan saya beberapa kali ke Maluku namun saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersilatuirahmi dengannya. Pernah terlintas dalam pikiran saya “ko Ade” begitulah kami selalu memanggilnya...saya tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, sementara beliau adalah tokoh yang sangat saya kagumi walaupun kami baru bertemu sekali. Namun penilain subyektif saya terhadap beliau..ko Ade ternyata meskipun beliau seorang birokrat, namun pikiran-pikiran cerdasnya sangat bijak.

Keinginan bertemu dengan ko Ade, akhirnya terwujud ketika saya melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Jakarta, saya kembali bertemu dengannya, karena ko Ade telah bertugas di Jakarta dengan posisi sebagai pejabat Esalon 1.  Dalam berbagai kesempatan saya selalu saja bertemu dengan ko Ade, baik di kantor, atau di tempat diskusi lainnya. Banyak pelajaran berharga yang saya dapat dari beliau, terutama dalam praktek politik. ko Ade selain dia seorang birokrat sukses, juga adalah pemain handal dalm parktek politik, sehingga saya secara pribadi mengatakan kalau dalam praktek ko Ade adalah guru saya secara langsung.

Yang paling terakhir adalah ketika ko Ade meminta pandangan saya, dengan niat beliau mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur Maluku Utara 2013-2018. Saya sebagai yunior awalnya agak ragu, namun setelah kami bertemu beberapa kali, maka saya apresiasi keinginan politik beliau untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin Maluku Utara. Saya  kagum karena seperti dikatakan ko Ade terhadap saya bahwa saya bukan mencari jabatan, tapi saya hadir karena kebutuhan, olehnya itu saya akan berhitung, kalau rakyat tidak menginginkan saya, maka saya tidak akan memaksakan diri.

Ko Ade sebagai mantan Ketua Umum HMI Cabang Manado 1978-1981 “dua periode” sangat layak untuk jadi pemimpin Maluku Utara dengan pengalaman birokrasi dan jam terbang beliau selama ini. Beliau hadir dengan visi membangun Maluku Utara, beliau tidak hadir dengan Gizi. Karena itu, kalaupun beliau tidak dipercaya oleh rakyat Maluku Utara untuk memimpin mereka, itu sangat wajar, karena ko Ade hanya akan dipilih oleh mereka yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata.
Jakarta 2012

QUO VADIS HMI CABANG TIDORE “ANTONI NURDIN”


Ketika saya lagi mengikuti kuliah yang disampaikan oleh dosen Prof. DR. Haryono Suyono, tiba tiba ada bunyi SMS diponsel saya, setelah saya membaca SMS tersebut ternyata dari adik saya Julkifli Ketua Umum HMI Cabang Tidore. Intinya dia meminta waktu saya untuk berkomunikasi. Saya sampaikan setelah selesai Kuliah saya akan meneleponnya.
 
Setelah kami berkomunikasi dia mengatakan kepada saya kalau masa kepemimpinannya telah berakhir dan beliau telah melakukan konfrensi cabang dengan memilih ketua Umum baru yakni saudara Lukman. Namun ada persoalan yang muncul karena hadirnya konfrensi tandingan yang diprakarsai oleh saudara Ibrahim fungsionaris PB HMI yang juga mantan Ketua Umum HMI Cabang Tidore.
 
Konferensi cabang tidore intinya adalah pertarungan pengaruh dikalangan elite antara Julkifli dan Ibrahim, keduanya mempertaruhkan ketokohan mereka tidak saja dimata anggota HMI, tetapi juga di elite birokrasi dan politisi. Pada hal keduanya satu kampung bahkan rumah mereka di Desa Kusu Halmahera hanya berjarak beberapa meter saja. Namun itulah HMI, itulah politik yang permanen adalah kepentingan. Saya berkelakar, bahwa kalau pertarungan dua putra terbaik Kusu mengakibatkan sulitnya yunior maupun senior untuk menjadi superter.

 
Setelah saya bertemu dengan Ibrahim di Jakarta saya mencoba menfasilitasi dua kubu yang bersiteru dalam rangka kembali membangun sinergi antara Lukman Ketua Umum yang dihasilkan konferensi fersi Julkifli, dengan Al Irsad Ketua Umum fersi Ibrahim. Mereka saya pertemukan dan saya percayakan kepada saudara Ibrahim untuk meneyelsaikan dan mengambil langkah-angkah akomadatif, sehingga masingp-masing pihak tidak ada yang merasa di Zalimi.
 
Bahkan saya harus meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan kolega sesama mantan aktifis HMI yakni Ramdani Abu Bakar. Semua ini adalah niat yang baik agar adik-adik HMI cabang Tidore tetap solid dalam membangun organisasi, serta tetap kritis menyuarakan kebenaran terutama yang berkaitan dengan kepentingan publik. Namun saya tidak menyangka niat baik saya ternyata diinterpresati keliru oleh saudara Ibrahim dan Ramdani, mereka menganggap saya terlalu jauh mencampuri urusan intenal HMI Cabang Tidore, padahal saya hanya menginginkan semua pihak yang bersiteru untuk tetap bersilaturahmi, karena yang namanya jabatan semua itu terpulang kepada  Allah.
 
Saya tersinggung dengan cara yang dilakukan oleh Ibrahin dan saudara Ramdani, mereka tidak mampu menempatkan diri mereka sebagai senior, dan balik menyerang saya dengan menganngap kalau saya berniat menghancurkan eksistensi HMI Cabang Tidore. Paradigma berpikir mereka terhadap saya sangat keliru, namun saya maklum, karena ini mungkin sudah menjadi karakter mereka, yang bisanya hanya mau memaksakan kehendak dengan mengabaikan pikiran orang lain. Saya dilarang mencampuri, dan memang saya tidak mencampuri, sementara Ramdani boleh mencampuri.
 
Jika demikian, lalu HMI Cabang Tidore kedepannya mau dibawa kemana, kalau senior, bukan datang sebagai solutif namun kehadiran mereka justru menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Ibrahim dan Ramdani sosok senior yang mudah-mudahan diharapkan hadir sebagai alternatif untuk mau mendidik adik-adiknya di HMI Cabang Tidore agar lebi santun dalam membangun komunikasi politik dengan senior lainnya.
 
Itulah bedanya, saya tidak memiliki kepentingan politis maupun ekonomi terhadap HMI Cabang Tidore, sementara Ibrahim dan Ramdani saya juga tidak tau, semoga niat mereka juga tulus untuk membangun HMI Cabang Tidore lebih baik kedepan. SMS yang dikirim oleh saudara Ramdani diponsel saya subuh dini hari, membuat perasaan saya tidak enak, karena selain isinya yang tidak mencerminkan kaidah keilmuan, juga SMS tersebut sangat memojokan saya selaku pribadi.
 
Namun semua itu, saya ambil khikmahnya, saya tidak akan pernah dendam pada sauadar Ibrahim maupun Ramdani, mereka tetap saya anggap sebagai yunior yang tentunya dibutuhkan jam terbang yang jauh kedepan, sehingga mereka mampu membangun eksistensi mereka dengan bijak dan santun, terutama dalam berkomunikasi. Kepada sauadara Julkifli dan Lukman, anda berdua harus terbiasa menghadapi persoalan hidup yang sulit, karena ketika saudara berdua diperhadapkan pada persoalan yang mudah, maka dengan sendirinya anda akan mampu menyelesaikan secara mudah pula. Sementara saudara Al Irsad, anda juga harus terus berjuang sepanjang apa yang anda yakini itu benar dan milik anda, jangan pernah menyerah.  Persoalan yang sulit, pasti bisa diselesaikan, asalkan dalam menyelesaikan sebuah persoalan janganlah anda meniru senior yang arogan, mau menang sendiri. Persoalan yang diselesaikan dengan cara emosional dan tergesa-gesa hasilnya tidak maksimal.

Mahatma Gandi pernah mengatakan bahwa . jauh lebih baik seseorang itu adalah perilakunya dari pada prestasinya, karenanya kelakuan buruk, baru tidak punya prestasi lagi sangat konyol. Silahkan anda nilai siapa sesungguhnya mereka yang seperti dikatakan oleh Gandhi.
Jl. Pramuka Jakarta, Akhir April 2012