Tulisan dalam blog ini sekedar catatan dan kumpulan pengalaman...

Minggu, 22 Januari 2012

IMLEK DAN RELASI SOSIAL Antoni Nurdin

Masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia sejak dari jaman dulu hingga saat ini, sangat jarang kita mendengar ada keributan dengan masyarakat pada umumnya. Mereka  meskipun dibeberapa tempat mereka jarang bersosialisasi, namun ketertiban keamanan relatif terjaga dengan baik. Mereka hanya menfokuskan diri pada usaha perekonomian, sementara yang terjun ke dunia politik dapat dihitung dengan jari, bagi yang tertarik menggelutinya secara serius. Mungkin ada benarnya pandangan Sutrisno Bahir bahwa dunia politik lebih banyak dosanya dari pahalanya. Sehingga warga tionghoa, alergi dengan dunia politik sejak sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini.
Berbeda dengan umat lainnya, sering terjadi keributan yang berujung pada pertikaian, semua atas nama agama, Tuhan dan kepercayaan, sementara tidak ada satu pesan teologis dari agama apapun di dunia yang menganjurkan manusia untuk saling bertikai, apa lagi atas nama Tuhan. Yang ada hanyalah pesan moral untuk selalu saling mengasihi, menghormati, toleran demi tetap tegaknya sebuah bangsa yang bernama Indonesia.
Terlepas apa masalahnya, yang jelas intensitas komunikasi antara elite dan tokoh agama sangat diperlukan guna selalu memberikan sugesti terhadap masyarakat untuk selalu bersama menjaga perdamayan. Karena yang namanya perbedaan adalah sebuah keniscayaan, dengan menghargai konsep perbedaan akan melahirkan kearifan. Sesungguhnya tidak beragama seseorang jika dia tidak mampu menterjemahkan dalam hidup  makna hakiki dari sebuah perbedaan.
Perayaan Imlek tahun 2012 yang di peringati oleh sebagian besar warga Tionghoa, seharusnya menjadi momentum bersama kita bangsa Indonesia untuk bersama-sama menjaga  negara ini melalui doa-doa yang dipanjatkan oleh mereka yang lagi khusu berdoa. Secara pribadi saya ucapkan selamat bagi warga Tionghoa, semoga amal ibadahnya selalu diterima oleh para dewa.
Selain itu, saya juga berharap dimasa mendatang warga Tionghoa akan lebih merasa memiliki bangsa ini, dengan cara lebih banyak bersosialisasi diri dengan masyarakat lainnya. Negara ini bukanlah milik suku atau penganut kepercayaan tertentu, tetapi milik kita semua, olehnya itu seluru warga masyarakat Indonesia bertanggung jawab selalu menjaga tetap tegaknya Indonesia.
                                                                                                                                Jakarta Januari 2012, Jl. Pramuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar