Tulisan dalam blog ini sekedar catatan dan kumpulan pengalaman...

Kamis, 02 Februari 2012

POLISI DITEPI JURANG

Fenomena kekerasan yang berkembang akhir-akhir ini, baik antara masyarakat maupun masyarakat dengan polisi sudah sangat memprihatinkan. Kekerasan dipertontonkan kehadapan publik, dan para pelaku kekerasn seakan bangga apa bila aksi mereka ditayangkan oleh media cetak maupun televisi. Karena hanya dengan kekerasan yang dipertontonkan tersebut tujuan dan cita-cita dapat didengar oleh pengambil kebijakan di negeri ini. Padahal  masi banyak cara santun lain untuk menyampaikan berbagai tuntutan yang diinginkan oleh masyarakat. Namun yang menjadi soal adalah, selama ini banyak cara santun pula yang telah ditempuh oleh masyarakat, namun aspirasi mereka mengalami sumbatan sistematis dari penguasa maupun pengusaha.

Kekerasan yang melibatkan polisi dan masyarakat yang selama ini merasa tertindas oleh kebijakan yang tidak berpihak terhadap rakyat kecil seperti kasus Mesuji, Bima, Riau, dan sejumlah kasus lain yang hampir setiap saat kita saksikan dimedia masa, selain infrastruktur yang rusak, juga korban jiwa sudah banyak sebagai konsekwensi dari praktek kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan masyarakat. Pelaku kekerasanpun seakan berlomba untuk menguasai media masa untuk mengklarifikasi, membenarkan dan menyalahkan terhadap yang lainnya ketika kekerasan berlangsung. Padahal, baik polisi maupun masyarakat yang berbuat kekerasan semuanya tidak dapat dibenarkan secara logika.

Pertanyaan serius yang pantas diajukan terhadap polisi adalah, apakah polisi kita ini adalah polisi Indonesia atau bukan. Kalau polisi Indonesia tentunya seluruh kebijakan dalam pelayanannya adalah untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Namun faktanya kekerasan yang sering terjadi adalah ketika polisi tidak lagi memposisikan diri sebagai polisinya masyarakat, akan tetapi mereka adalah polisinya kapitalis. Mereka  selalu saja berpihak terhadap pemodal, dan anehnya para pemodal tersebut berasal dari negara lain. Ko bisa ya....mereka korbankan rakyat Indonesia untuk kepentingan negara lain.

Kalau dulu kita dijajah bangsa asing awalnya adalah para pemodal dari belanda (VOC, KADIN nya Belanda), Inggris, Portugis, Spain. Sekarang ketika bangsa ini telah merdeka, justru pengusa kita seenaknya memanggil bangsa asing untuk datang kembali menjajah masyarakat. Dan apa bila ada masyarakat yang protes mereka harus diburu, dipukuli bahkan dibedil. Bisa dibayangkan suatu ketika tanah kita ini diangkut keluar negeri, dan masyarakat hanya ingin mengambil sedikit saja dari hak mereka yang telah dirampas secara paksa oleh negara lain melalui persetujuan penguasa harus meregang nyawa.
Penguasa kita ternyata tidak memiliki nurani kemanusiaan lagi, mereka dibutakan oleh kekuasaan dan harta, padahal kekuasaan yang diperoleh melalui persetujuan rakyat hendaknya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Kekuasaan bukanlah rahmat tetapi amanah, karena itu berbuatlah yang terbaik, sebab dikehidupan lainnya anda akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilakukan setelah berkuasa.

Polisi sebagai penegak hukum sekaligus aparat keamanan yang setiap saat berada ditengah-tengah masyarakat, abdikan diri anda dengan sepenuh hati terhadap kepentingan bangsa dan masyarakat, bukan kepentingan pengusaha. Secara institusi polisi sekarang benar-benar terpuruk citranya dihadapan publik, kepercayaan masyarakat turun drastis terhadap institusi yang kita banggakan tersebut. Sebagai penulis saya optimis masih banyak polisi yang memiliki nurani kemanusiaan yang sehat, karena itu hendaknya segera merubah cara-cara kekerasan dengan cara yang damai dan santun ketika diperhadapkan dengan masyarakat.

Sebagai polisi anda harus sadar bahwa mulai dari tali sepatu hingga kancing seragam anda semuanya pemberian masyarakat, lalu kenapa anda tidak pandai membaca realitas tersebut..masih ada kesempatan untuk melakukan perubahan....semoga kedepan institusi polisi lebih baik lagi.
Pondok Labu 3 pebruari 2012








Tidak ada komentar:

Posting Komentar